Rabu, 27 Januari 2016

Cerita Fabel (Hewan)

Drama Politik Anjing dan Kucing

Di sebuah kota kecil hiduplah si Anjing dan si Kucing yang bersahabat dan saling menjaga. Mereka memiliki impian besar untuk merubah negaranya yang dilanda kerakusan dan ketamakan.
“Suatu saat aku ingin menjadi orang besar yang bisa mengelola negara ini.” Kata si Anjing sambil menatap tajam ke langit dengan ekspresi yang serius.

Si Kucing berjalan pelan menuju ke tempat si Anjing. “Aku juga mempunyai mimpi yang sama.” Kucing membalas dengan suara yang lembut. Kucing pun menepuk pundak Anjing.
“Mari kita bersama-sama untuk menjadi yang terbaik untuk merubah negara kita.” kata kucing dengan mantap.

Untuk mencapai impian mereka si Anjing dan si Kucing belajar dengan giat. Mereka pun mengambil jurusan yang sama di bidang politik. Si Anjing yang saat itu memiliki harta yang berlimpah, memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di luar negeri. Si kucing tidak ingin dikalahkan oleh semangat sahabatnya. Dia memilih memulai dengan bergabung dengan partai politik penguasa untuk menjadi kadernya. Namun si kucing harus melalui jalan politik yang berliku dengan tidak banyaknya dukungan baginya menuju gedung parlemen.

Si Anjing yang telah menyelesaikan pendidikannya memilih untuk kembali dan mendirikan sebuah partai politiknya sendiri. Karena popularitas dan relasinya yang banyak selama kuliah. Si anjing dengan mudahnya meraup dukungan. Si kucing yang tidak mau tertinggal dengan langkah sahabatnya, mulai membangun kerajaan politiknya sendiri. Kemampuan diplomasi dan perundingan yang si kucing pelajarilah yang saat ini membuat dia dengan mudah mendapatkan dukungan.

Ketika tiba ajang pemilihan pemimpin negeri. Partai Si Anjing dan si Kucing berusaha untuk mendulang pendukung dari pelosok negeri. Mereka saling bersaing untuk menjadi pemenang. Situasi ini membuat si Anjing dan si Kucing jarang berkomunikasi. Berita negatif di media menggambarkan sikap si Anjing dan si Kucing saling mencurigai.

Kehidupan persahabatan mereka mulai memudar seiring persaingan di antara mereka untuk menjadi penguasa. Hasil pemilihan mengakui bahwa si Kucing yang akan menjadi pemimpin negeri. Si Anjing tidak terima dan merasa si Kucing telah berbuat curang. Keserakahan untuk menjadi penguasa telah membutakan si Anjing dan membuatnya dendam. Sehingga berjanji akan memburu si Kucing sampai kiamat tiba.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar